Budaya
Politik di Indonesia
1. Standart
Kompetensi : Menganalisis Budaya Politik di Indonesia
1.1
Mendeskrepsikan
pengertian budaya politik
Budaya Politik terdiri
dari dua kata, yaitu :
·
Konsep Budaya
Secara
harfiah berasal dari bahasa Sanskerta “buddhayah” yang artinya budi atau akal
(hal yang berhubungan dengan budi dan akal). Secara umum dapat diartikan yaitu
segala sesuatu yang dipelajari, dialami dan diwariskan bersama secara sosial
yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan
tigkahlaku anggota masyarakat.
·
Konsep Politik
Secara
harfiah berasal dari bahasa Yunani “polis” yang berarti kota yang berstatus
sebagai ibukota negara. Dalam bahasa Arab dapat diartikan bermacam-macam
kegiatan dalam sistem politik yang menyangkut proses penentuan dan pelaaksanaan
dari tujuan sistem politik tersebut. Jadi secara umum politik dapat diartikan
sebagai kegiatan dalam suatu sistem politik / negara yang menyangkut
kemaslahatan hidup seluruh warga negara
atau bisa diartikan politik adalah segala aktivitas/kegiatan yang berkaitan
dengan usaha –usaha untuk mencapai, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan
negara/pemerintahan demi kemasalahatan rakyat (kesejahteraan).
·
Budaya politik
Yaitu
orientasi dasar suatu masyarakat
terhadap suatu sistem politik menurut
Gabriel A.Almond dan Sidney Verba istilah Budaya politik terutama mengacu pada
orientasi politik, sikap terhadap sistem politik dan bagian-bagianya yang lain,
serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem tersebut.
·
Ciri-ciri budaya politik
1. Merupakan
keseluruhan pandangan politik, seperti norma-norma dan pola-pola orientasi
terhadap politik dan pandangan hidup umumnya.
2. Mengutamakan
dimensi psikologis dari suatu sisitem politik, yaitu sikap, sistem kepercayaan,
dan simbol yang dimiliki oleh individu serta harapan-harapanya.
·
Komponen-komponen Budaya politik
1. Orientasi
kognitif
Pengetahuan
tentang politik dan kepercayaan pada politik, peranan, dan segala kewajibannya
serta input dan outputnya.
2. Orientasi
afektif
Di
dalamnya berisikan perasaan-perasaan dan emosi-emosi tentang obyek-obyek
politik atau sistem politik.
3. Orientasi
evaluatif
Tingkatan
tertinggi dalam tingkat orientasi politik, pemahaman lebih tinggi terhadap
sistem politik.mampu membuat keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik
yan didasarkan pada konbinasi standart nilai dan kriteria serta informasi yang
di dapat dan perasaan tentang hal-hal tersebut.
1.2 Menganalisis tipe-tipe budaya politik
yang berkembang dalam masyarakat Indonesia
Tipologi Budaya Politik menurut Gabriel
Almond adalah sebagai berikut :
1. Budaya
politik parokial (Parochial political culture)
Tingkat
partisipasi politik sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor kognitif (rendahnya
tingkat pendidikan). Ciri-cirinya antara lain : apatis, pengetahuan tentang
politik rendah, kesadaran politikya rendah, tidak peduli dan menarik diri dari
kehidupan politik.
2. Budaya
politik kaula (subject political culture)
Masyarakat
yang bersangkutan relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih
bersifat pasif. Ciri-cirinya : memiliki pengetahuan yang cukup, partisipasi
politik yang minim, kesadaran politik rendah
3. Budaya
politik partisipan (participant political culture)
Ditandai
dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Ciri-cirinya : pengetahuan politik
tinggi, kesadaran politik tinggi, partisipasi politik yang aktif, kontrol
politik aktif.
Kharakteristik budaya politik yang
berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Budaya
politik Indonesia disatu pihak masih bersifat parokal-kaula dan budaya politik
partisipan dipihak lain. Disatu sisi rakyat Indonesia masih ketinggalan dalam
menggunakan hak dan menjalankan tanggung jawab politiknya, sedangkan disisi
lain para elit politik menunjukkan partisipasi aktifnya dalam setiap kegiatan
politiknya.
b. Sifat
ikatan primordial masih berakar kuat di masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari Indikatornya berupa sikap mengutamakan kepentingan daerah, suku,
dan agamanya.
c. Kecenderungan
budaya politik Indonesia yang masih memegang kuat patrilinealisme . misalnya
sifat Bapakismi atau Asal bapak senang (ABS) yang mulai berkurang di tingkat
pusat, tapi hidup dan masih berkembang
di tingkatan bawah.
1.3 Mendeskripsikan pentingnya
sosialisasi pengembangan budaya politik
·
Sosialisasi adalah proses pengenalan,
penghayatan, dan pelaksanaan nilai dan norma sosial yang baru.
·
Sosialisasi politik adalah proses
penanaman nilai-nilai politik yang dilakukan oleh satu generasi kepada generasi
melalui berbagai media perantara supaya individu tersebut memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya.
·
Sistem politik adalah kumpulan
pendapat-pendapat, prinsip-prinsip, dan lain-lain yang membentuk suatu kesatuan
yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan
dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antar Individu atau
kelompok individu atau dengan negara dan hubungan antar negara.
·
Unsur-unsur sistem Politik
1. Input
Menunjukkan
kegiatan-kegiatan yang menyebabkan suatu sistem berjalan. Bentuk dari input ini
adalah tuntutan-tuntutan atau dukunganterhadap pembuat keputusan .
2. Output
Yaitu
keputusan-keputusan yang dikeluarkan pemerintah berupa penerimaan atau
penolakan terhadap input.
3. Proses
Langkah
yang ditempuh pembuat keputusan untuk menghasilkan keputusan sesuai prosedur
yang berlaku.
4. Timal
balik (feed back)
·
Agen-agen/lembaga sosialisasi politik :
1. Keluarga
(Lembaga In formal)
Merupakan
agen pertama yang menentukan pola pembentukan nilai-nilai politik bagi
individu. Ex : anak dengan orang tuanya ngobrol tentang politik atau
mendengarkan politik.
2. Sekolah
( Lembaga formal)
Siswa
memperoleh pengetahuan, sikap dan nilai tentang politik secara akademis melalui
mata pelajaran civic education (kewarganegaraan)
3. Partai
politik
Yaitu
sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan kekuasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan manfaatt secara idiil attau materiil kepada para
anggotanya. Secara umum fungsi partai plitik yaitu :
a. Sebagai
sarana komunikasi politik
b. Sebagai
sarana sosialisasi politik
c. Sebagai
sarana rekruitmen politik
d. Sebagai
sarana pengatur konflik
4. Media
lainya
Sosialisasi
politik dapat dilakukan melalui media cetak (koran, majalah, surat kabar)
maupun media elektronik (radio, televisi, internet), debat, seminar-seminar dan
sebagainya.
1.4 Menampilkan peran serta budaya
politik partisipan
·
Partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi
kebijakan pemerintah.
·
Penyebab gerakan yang mengarah kepada
partisipasi politik yang lebih luas:
1. Modernisasi
dalam segala bidang kehidupan sehingga masyarakat banyak menuntut ikut dalam
kekuasaan politik
2. Perubahan
struktur kelas sosial
3. Penggaruh
kaum intelektual dan komunikasi massa modern
4. Konflik antar
kelompok pemimpin politik, jika terjadi konflik antar elit maka yang
dicari adalah dukungan rakyat.
5. Keterlibatan
pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
·
Samuel Huntington dan Joan nelson
mengemukakan bentuk-bentuk partisipasi politik adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan
pemilihan
2. Lobbying
3. Kegiatan
organisasi
4. Mencari
koneksi (Contacting)
5. Tindakan
kekerasan (violence)
·
Tingkat partisipasi politik :
1. Orang-orang
apolitis
2. Tingkat
pengamat ( menghadiri rapat umum, anggota kelompok kepentingan, usaha meyakinkan
orang, memberikan suara dalam pemilu, mendiskusikan masalah politik, mengikuti
perkembangan /perhatian terhadap politik)
3. Tingkat
partisipan ( petugas kampanye, aktif dalam parpol/ kelompok kepentingan, aktif
dalam proyek-proyek sosial)
4. Tingkat
aktivis ( pejabat umum, pejabat parpol sepenuh waktu, pimpinan kelompok
kepentingan)
·
Partisipasi politik yang berkembang
dalam masyarakat :
1. Radikal,
yaitu cenderung kasar dan sering menggunakan kekerasan secara fisik, serta mau
menang sendiri dalam memperjuangkan tujuannya, kecenderungan dari kelompok ini
adalah melawan dan melanggar aturan-aturan politik.
2. Moderat,
yaitu memperjuangkan perubahan secara evolusi atau bertahap sesuai dengan
perkembangan dari masyarakat sendiri dan didasarkan pada aturan-aturan politik yang
ada.
3. Konservatif,
yaitu mereka tetap menginginkan keadaan yang ada dipertahankan dan tidak
menghendaki perubahan dalam bentuk apapun .
4. Liberal,
yaitu bersikap progresif yang menghendaki perubahan cepat sesuai dengan
kecenderungan aturan yang dibuat
5. Reaksioner,
yaitu menghendaki perubahan dengan kembali pada masa-masa lalu, mereka dalam
memperjuankan perubahan tidak rasional dan melawan aturan-aturan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar